Jumat, 23 Oktober 2015

Beternak Tanpa Mencari Rumput Melalui Teknologi 'Hi-Fer'

baznas tingkatkan pertanian / peternakan 

Upaya pencapaian program swasembada daging sapi selain memerlukan ketersediaan bibit/bakalan sapi, juga adanya kesiapan penyediaan pakan yang cukup dan berkelanjutan dengan mutu yang memadai serta harga murah.

Ketersediaan pakan yang belum memadai mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam peningkatan populasi ternak sapi. Ketersediaan hijauan pakan di Indonesia merupakan tema utama yang menjadi pembatas perkembangan ternak.

Salah satu komponen pakan yang utama adalah hijauan karena hijauan merupakan bahan pakan utama (lebih dari 80 persen dari total bahan kering).

Jumlah ternak sapi pada tahun 2011 sebanyak 14,8 juta ekor dan meningkat sekitar 0,07 persen pada tahun berikutnya (Ditjennak, 2012).

Kebutuhan minimum ternak ruminansia per satuan ternak (ST) adalah 1,14 ton bahan kering/tahun maka diperkirakan jumlah hijauan pakan yang diperlukan seluruhnya pada tahun 2012 adalah 18,3 juta ton bahan kering (BK).

Jumlah tersebut tergolong sangat banyak diperkirakan untuk mendukung program swasembada daging sehingga perlu adanya program maupun upaya penyediaan pakan hijauan berkelanjutan.

Secara perkiraan potensi ketersediaan pakan sangat tinggi, baik yang berasal dari hijauan maupun limbah pertanian. Hal tersebut dimungkinkan karena didukung oleh ketersediaan sumber daya lahan tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan.

Jika potensi lahan yang ada dapat dimanfaatkan 50 persen saja, jumlah ternak yang dapat ditampung mencapai 29 juta satuan ternak. Hal tersebut belum termasuk padang rumput alam, yang jika diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya dengan menggunakan rumput unggul mampu meningkatkan daya tampungnya secara nyata.

Oleh karena itu, diperlukan teknologi tepat guna, yang bersifat terpadu menyangkut teknologi pengolahan, pengemasan, transportasi dan distribusi, dan mampu menangani permasalahan pakan dari hulu sampai hilir (sejak proses produksi, sampai pada penggunaannya di tingkat peternak).

Sebagai bagian dari institusi/perguruan tinggi, Pusat Studi Hewan Tropika/Center for Tropical Animal Studies (Centras) LPPM-IPB telah dan akan terus mengembangkan berbagai inovasi teknologi tepat guna dan terpadu untuk meningkatkan penyediaan pakan bermutu di Indonesia.

Centras telah menghasilkan berbagai produk, di antaranya adalah probiotik dan komplemen pakan (KP) yang telah dibuktikan mampu memberikan efek positif bagi ternak. Selanjutnya, hasil tersebut akan dimanfaatkan lebih lanjut dalam memproduksi Hi-fer.
Kelebihan dari teknologi ini adalah: (1) dapat diproduksi oleh masyarakat (petani) secara masal; (2) mudah (secara manual dengan peralatan dan bahan tersedia di lokasi setempat); dan (3) biaya murah.
Agar inovasi teknologi tepat guna, perlu model pengembangan produk Hi-fer dengan berbasis pada pemberdayaan masyarakat oleh perguruan tinggi.

Permasalahan Pakan Ternak

Terdapat sejumlah permasalahan terkait dengan pakan ternak. Pertama, mutu pakan yang variatif (cenderung kurang) karena pakan kebanyakan merupakan limbah lignoselulolitik dengan kadar Total Digestible Nutrient (TDN) dan protein yang rendah.

Kedua, produksi pakan musiman (seasonal movement), umumnya produksi akan menurun ketika musim kemarau, yaitu pada bulan April hingga September. Pada bulan tersebut peternak akan kesulitan mendapatkan rumput lapang atau penurunan produksi pada hijauan yang dibudidayakan sehingga produksi yang berlimpah pada musim hujan perlu diawetkan/disimpan untuk digunakan pada musim kemarau. Dengan demikian, membutuhkan teknologi penyimpanan. 

Selain itu, lokasi produksi pakan tidak setumpu dengan lokasi produksi ternak. Kantong-kantong produksi ternak, khususnya sapi potong, cenderung mengarah di wilayah pinggiran perkotaan, sementara produksi hijauan umumnya banyak tersedia di daerah pedesaan.

Di samping itu, Pulau Jawa juga padat ternak, sementara produksi hijauan terbatas. Sebaliknya, terjadi produksi hijauan banyak di Pulau Sumatera, namun populasi ternaknya relatif sedikit. Hal ini membutuhkan solusi agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan berupa tersedianya teknik pengemasan dan transportasi yang tepat guna sehingga memudahkan pakan tersebut didistribusikan.

Secara ringkas kebutuhan teknologi yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah teknologi terpadu meliputi pengolahan pakan, pengawetan, pengemasan, transportasi, dan komersialisasi.

Salah satu solusi terpadu adalah teknologi produksi Hi-fer yang mampu memanfaatkan hijauan pakan dan mengolahnya menjadi lebih bernilai nutrisi dan mudah didistribusikan ke sentra ternak, dan diharapkan sekaligus mampu mengatasi

Penelitian

Centras LPPM IPB dalam dua tahun terakhir ini telah menemukan beberapa hasil yang dapat mendukung pencapaian tujuan tersebut.

Hasil-hasil penelitian terdahulu, yaitu produk probiotik unggul. Produk ini mampu meningkatkan palatabilitas ransum 16,9 persen, meningkatkan kecernaan serat 12,8 persen dan protein 17,9 persen, meningkatkan pertambahan bobot badan dari 1,17 kg/ekor/hari menjadi 1,39 kg/ekor/hari dan menurunkan emisi gas pencemaran pada feses terutama gas amonia dan H2S berkurang 8,8 persen dan 3,5 persen.

Selain itu, Centras telah mengembangkan probiotik yang mampu menekan toksisitas aflatoksin pada susu sapi perah (Solta, et al., 2013) dan mengikat aflatoxin di rumen sapi. Selanjutnya, produk KP, yaitu bahan yang dicampurkan dengan pakan yang memberikan efek menguntungkan. 

KP terdiri atas campuran asam dan garam-garam serta antioksidan dan anti jamur. KP produk CENTRAS LPPM-IPB terbukti mampu meningkatkan palatabilitas pakan fermentasi, meningkatkan daya simpan pakan, dan mempercepat proses fermentasi.

Penelitian tindak lanjut yang akan dilakukan adalah aplikasi penggunaan kedua produk tersebut (kombinasi) dalam proses fermentasi hijauan pakan ternak serta menentukan bentuk kemasan yang mudah diterapkan oleh masyarakat, serta memungkinkan untuk dikomersialkan sehingga dapat menjadi andalan sumber pendapatan baru bagi masyarakat.

Dengan keunggulan KP tersebut, akan memudahkan proses pembuatan Hi-fer dan penggunaan probiotik akan dapat mempercepat proses pengawetan sehingga pada akhirnya biaya pengolahan, penyimpanan, dan transportasi pakan tersebut menjadi lebih mudah dan murah.

Selain itu karena menyangkut inovasi baru dalam teknologi tepat guna, akan dirumuskan model introduksi teknologi tersebut dengan sistem produksi massal oleh masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi masyarakat setempat.

Produk Inovatif-Aplikatif

Hi-fer adalah hijauan hasil fermentasi dengan menggunakan probiotik dan komplemen pakan produk penelitian Centras LPPM IPB yang berkualitas prima (palatable/sangat disukai ternak, kadar protein 10 persen, kandungan energi/TDN  55 persen), mudah dan tahan lama disimpan (daya simpan 2 bulan).

Inovasi Hi-fer merupakan teknologi tepat guna tentang cara produksi, pemanenan, pengolahan, penyimpanan, dan kiat mudah dalam transportasi dalam bentuk produk kemasan komersial. Hi-fer dikemas dalam kantong polibag plastik kedap udara (2 layer), dengan bobot maksimum per kemasan 35 kg, sehingga mudah diangkut, didistribusikan, serta penggunaannya di tingkat peternak sangat praktis. 

Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan produk hijauan pakan yang sederhana, mudah dilaksanakan, murah dalam pembiayaan (produksi), dan memiliki prospek komersial dalam skala luas. Keseluruhan paket ini dikemas dalam produk yang dikenal dengan Hi-fer, sehingga memungkinkan peternak dapat mengurangi aktivitas mengarit.

Teknologi Hi-fer+ dapat diproduksi oleh masyarakat (petani) secara massal dengan mudah (secara manual dengan peralatan dan bahan tersedia di lokasi setempat) dan biaya murah (maksimum biaya pengolahan dan pengemasan adalah 20 persen dari harga bahan baku/hijauan).

Dengan kemudahan pembuatan dan keunggulan produk ini, akan memberikan manfaat baik bagi masyarakat umum, petani/peternak, perguruan tinggi dan pemerintah sebagaimana yang dikemukakan di atas. Hi-fer merupakan Model Pemberdayaan Masyarakat oleh Perguruan Tinggi Berbasis Inovasi Teknologi.

Model ini meliputi model tentang peran masing-masing pelaku: petani/masyarakat sebagai produsen, mitra kerja sebagai pengumpul dan institusi/perguruan tinggi sebagai inovator dan pendamping pengembangan produk.

Selain itu, model akan menyangkut tentang penyiapan kelembagaan dan komersialisasi produk sehingga dapat berlangsung secara berkelanjutan dan memungkinkan untuk direplikasi di berbagai wilayah.

Keunggulan yang dimiliki teknologi Hi-fer memberikan dampak nyata bagi perkembangan peternakan khususnya dalam penyediaan pakan. Baik petani ternak maupun pelaku industri peternakan dapat merasakan manfaat teknologi ini.

Hasil uji coba yang dilakukan CENTRAS IPB, bahwa pemberian 100 persen Hi-fer mampu sebagai pengganti hijauan rumput segar.

Dengan menghasilkan pertambahan bobot badan rata-rata 1.48 kg/ekor/hari. Dengan teknologi Hi-fer peternak mudah dalam pengadaan rumput (baik di daerah sulit hijauan maupun di perkotaan. Begitu pula pengusaha industri pakan skala menengah (industri pakan hijauan) sangat terbantu oleh teknologi ini.

Keunggulan lainnya mudah dalam pemberian di lapangan (semudah pemberian konsntrat ke ternak dan terukur, dengan dosis pemberian yang tepat). Teknologi Hi-fer diyakini tidak terlampau mengotori kandang, mampu menekan bau feses, dan mengurangi pencemaran lingkungan. 

Bagi IPB Hi-Fer telah berhasil melalui serangkaian kegiatan yang dikemas dalam bentuk paket teknologi nutrisi dan pakan, dengan penerapan berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Manfaat ini tanggapi dengan baik oleh mitra kerja. Penerapan-penerapan teknologi tepat guna Hi-fer dan digunakan untuk pemberdayaan masyarakat telah direspons oleh masyarakat khususnya CV. Anugrah Farm, Ciampea Bogor.

Usaha sapi potong di peternakam Anugrah Farm dilakukan sistem "community development" ternak peternak-peternak sekitar usaha ternaknya, dengan mendifusikan inovasi Hi-fer. Peternak-peternak binaan (yang sebagian besar berusia lanjut) tersebut tak perlu "ngarit", mencari rumput. Pakan Hi-fer disediakan pihak Anugrah Farm. 

"Teknologi Hi-fer merupakan solusi yang diberikan IPB terhadap dinamika dan kemajuan bidang peternakan. Dengan teknologi ini, maka ke depan diharapkan para peternak mampu beternak tanpa mengarit," kata Prof. H. Djuanda, pimpinan CV. Anugrah Farm.
*Kepala Pusat Studi Hewan Tropika (CENTRAS) LPPM IPB

Peneliti dari University of Georgia Kembangkan Sistem Penerjemah Bahasa Hewan Ternak

Para peneliti dari Georgia Institute of Technology dan the University of Georgia mengembangkan sebuah sistem penerjamah yang mereka klaim bisa menterjemahkan bahasa hewan ternak, terutama ayam ternak.
Para peneliti tersebut meneliti setiap suara ayam dalam setiap situasi yang berbeda dan dimasukkannya ke dalam database untuk kemudian dianalisa. Hasil dari analisa tersebut nantinya akan disampaikan kepada para pemilik peternakan berupa saran atas apa saja yang “diinginkan” oleh ayam ternaknya.
 
Sistim penterjemah ini nantinya dihubungkan ke sebuah sistim lainnya sehingga sistim ini bisa berinteraksi dengan sistim utama. Jika sistem mendeteksi adanya “permintaan” dari ayam-ayam untuk menurunkan suhu, maka sistem akan secara otomatis menyalakan mesin pendingin.
Tujuan utama dari diadakannya sistem penerjemah bahasa binatang ternak ini tentu saja agar ayam-ayam jadi lebih sehat dan pertumbuhannya jadi lebih cepat.

Bioteknologi dalam Bidang Peternakan

Bioteknologi merupakan proses pengolahan bahan baku yang memanfaatkan makhluk hidup sebagai agen biologi untuk menghasilkan barang dan jasa. Penerapan Bioteknologi mencakup bidang yang sangat luas, namun secara garis besar penerapan bioteknologi dikelompokkan pada:

  1. Bidang Pangan
  2. Bidang Pertanian
  3. Bidang Peternakan
  4. Bidang Kedokteran
  5. Bidang Lingkungan
Yang akan diulas pada tulisan ini mengenai Bioteknologi pada Bidang Peternakan. Bioteknologi modern banyak diaplikasikan pada bidang peternakan untuk memperoleh organisme unggul, dan memiliki sifat-sifat yang diinginkan. Pada bioteknologi peternakan, digunakan tiga metode untuk merekayasa suatu hewan ternak agar memiliki sifat yang diinginkan.
Adapun teknik-teknik atau mtode-metode dalam rekayasa hewan ternak yang biasa digunakan adalah:


  1. Inseminasi Buatan
  2. Transfer Embrio
  3. KloningAkan dijelaskan secara satu persatu dan terperinci mengenai metode-metode diatas.


1. INSEMINASI BUATAN
  • Pengertian
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.

  • Tujuan Inseminasi Buatan
  1. Memperbaiki mutu genetika ternak
  2. Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama
  3. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
2. TRANSFER EMBRIO

  • Pengertian 
Transfer embrio (TE) merupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi setelah inseminasi buatan (IB). Dengan TE seekor betina unggul yang disuperovulasi kemudian diinseminasi dengan sperma pejantan unggul dapat menghasilkan sekitar 40 ekor anak sapi unggul dan seragam setiap tahun, bila dibandingkan dengan perkawinan alam atau IB hanya mampu melahirkan 1 ekor anak sapi pertahun.

  • Tujuan Transfer Embrio
  1. Penyediaan bibit ternak unggul yang seragam.
  2. Peningkatan produksi susu, kualitas daging dan pertumbuhan yang cepat.
3. KLONING

  • Pengertian
Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama (populasi) yang identik secara genetik. Kloning merupakan proses reproduksi aseksual yang biasa terjadi di alam dan dialami oleh banyak bakteria, serangga, atau tumbuhan. Dalam bioteknologi, kloning merujuk pada berbagai usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel, atau organisme. Arti lain kloning digunakan pula di luar ilmu-ilmu hayati.

  • Tujuan Kloning
  1. Menghasilkan indiviu yang secara genetik identik dengan induknya
  2. Mampu menghasilkan individu yang dikehendaki


Setelah mengetahui berbagai macam metode umum yang digunakan untuk merayasa hewan, maka aplikasi dari bioteknologi ternak antara lain:

1. Sapi perah dengan hormon manusia

 Contoh : Sapi Herman
 
2. Bovin Somatotropin
Contoh : E. Coli

 
3. Domba penghasil protein hemofilia
Contoh : Domba Dolly

 

Mengenal Peternakan Modern

Jika kemarin kita telah Mengenal Alat Tradisional Pertanian di bali, dan Mengenal Ragam HMT untuk Ternak Sapi maka hari ini kami akan mangajak Mengenal Peralatan Peternakan Modern dalam penyediaan pakan ternak mereka. Jauh di Luar Negeri sana ( Inggris, Australia dan Amerika ) Pertanian dan Peternakan disana telah memanfaatkan teknologi modern dalam pengelolaan pertanian dan peternakan mereka. Mekanisasi dalam dunia Peternakan dengan menggunakan mesin-mesin canggih, traktor canggih dan beberapa peralatan canggih lainnya dalam penyediaan pakan ternak mereka.
Peternakan yang dikelola secara modern ini dengan memiliki ribuan ekor ternak sudah tentu memerlukan pakan ternak dalam jumlah yang sangat besar, namun bagi peternak disana kesulitan pakan bukan merupakan masalah yang besar bagi mereka, manajement peternakan mereka sudah sangat Mulai dari dari sektor hulu hingga hilir.

Disektor Hulu dalam penyediaan pakan ternak, petani disana memiliki ladang rumput yang sangat luas, nah untuk mengelola ladang rumput ini tentu tidak bisa dikelola hanya dengan menggunakan tenaga manusia, tenaga mesin alias mekanisasi pertanian dengan sentuhan teknologi yang modern dan canggih, sehingga dengan alat pertanian ini akan meminimalisasi tenaga kerja manusia.

Dalam Penyediaan pakan ternak, pengelolaan peternakan disana juga menerapkan pola menabung pakan ternak disaat pakan berlimpah baik dengan mengolah pakan dalam bentuk SILASE maupun HAY. Nah untuk mengenal lebih lanjut mengenai proses pemanenan rumput hingga menjadi Silase dan Hay yang siap menjadi pakan ternak kita lihat lebih lanjut sebagai berikut :
Untuk melakukan proses pemanenan rumput biasanya dilakukan sekitar bulan juli, yakni ditandai dengan rumput yang sudah hampir keluar bunga, maka disiapkanlah sebuah alat berat yakni mesin pemotong rumput, yang mampu memotong rumput dengan rapi. 

Hasil potongan rumput tersebut kemudian dikumpulkan dengan alat berat yang bernama rotary rakes, pada mesin tersebut terdapat bebrapa buah menyerupai garpu yang berputar, yang berfungsi untuk mengumpulkan rumput yang telah dipotong.
Potongan rumput ini bisa dimanfaatkan sebagai HAY maupun SILASE, untuk proses hay, maka rumput akan dibiarkan dulu mengering, baru kemudian di gulung dan dikemas. Sedangkan untuk proses SILASE maka rumput tersebut akan langsung digulung dengan  alat ROLLPROFI round balers
Seperti Pada gambar diatas, gulungan-gulungan rumput tersebut merupakan gulungan rumput yang telah dipotong tadi, gulungan tersebut sangat padat sekali, hampir tidak bisa udara masuk kedalam gulungan tersebut.
Dari hasil gulungan rumput, selanjutnya akan diangkat dengan mesin, untuk kemudian diangkut oleh truk-truk besar/trailer untuk dikumpulkan dalam suatu tempat pengolahan selanjutnya.
Setelah Semua terkumpul gulungan rumput tersebut, maka rumput tersebut sebelum disimpan, akan dimasukkan kedalam kantong pelastik tebal, dengan tujuan untuk menghindari masuknya bakteri yang tidak di inginkan dalam proses pembuatan silase ini, dengan demikian maka pakan ternak akan disimpan kedalam gudang pakan ternak, untuk selanjutnya akan diberikan kepada ternak-ternak yang jumlahnya begitu banyak. 
Inilah sapi-sapi yang diberikan pakan silase dan hay hasil proses mesin yang telah dijelaskan diatas

Peternakan

Peternakan

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dll.

Sejarah peternakan

Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi anjing, kambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing yang semula hanya diambil hasil dagingnya, mulai dimanfaatkan juga hasil susu dan hasil bulunya (wol). Setelah itu manusia juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil hasil kulit dan hasil susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Manusia juga mengembangkan peternakan kuda, babi, unta, dan lain-lain.
Ilmu pengetahuan tentang peternakan, diajarkan di banyak universitas dan perguruan tinggi di seluruh dunia. Para siswa belajar disiplin ilmu seperti ilmu gizi, genetika dan budi-daya, atau ilmu reproduksi. Lulusan dari perguruan tinggi ini kemudian aktif sebagai doktor haiwan, farmasi ternak, pengadaan ternak dan industri makanan.
Dengan segala keterbatasan peternak, perlu dikembangkan sebuah sistem peternakan yang berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan sehingga peternakan industri dan peternakan rakyat dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mengantasi kemiskinan.

Macam-macam hewan ternak

Adapun jenis-jenis ternak diantaranya sapi, kerbau, sapi perah, domba, kambing, babi, kelinci, ayam, itik, mentok, puyuh, ulat sutera, belut, katak hijau, dan ternak lebah madu. Masing-masing hewan ternak tersebut dapat diambil manfaat dan hasilnya. Hewan-hewan ternak ini dapat dijadikan pilihan untuk diternakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

Tujuan

Suatu usaha agribisnis seperti peternakan harus mempunyai tujuan, yang berguna sebagai evaluasi kegiatan yang dilakukan selama beternak salah atau benar  Contoh tujuan peternakan yaitu tujuan komersial sebagai cara memperoleh keuntungan. Bila tujuan ini yang ditetapkan maka segala prinsip ekonomi perusahaan, ekonomi mikro dan makro, konsep akuntansi dan manajemen harus diterapkan. Namun apabila peternakan dibuka untuk tujuan pemanfaatan sumber daya, misalnya tanah atau untuk mengisi waktu luang tujuan utama memang bukan merupakan aspek komersial, namun harus tetap mengharapkan modal yang ditanamkan dapat kembali.

Manfaat dan hasil beternak

Manfaat yang dapat diambil dari usaha beternak kambing selain diambil hasil dagingnya, kambing dapat diambil hasil kulitnya, kotorannya dapat dimaanfaatkan untuk pupuk dan hasil tulangnya juga dimanfaatkan.  Bahkan jenis-jenis kambing tertentu dapat dimbil hasil susunya, hasil bulunya untuk bahan kain wol..
Manfaat yang dapat diambil dari usaha beternak lebah Apis mellifera yang bibit awalnya didatangkan dari Australia adalah jasanya untuk polinasi (penyerbukan) tanaman, banyak pemilik perkebunan di luar Indonesia yang menyewa koloni lebah dari peternak untuk melakukan penyerbukan tanaman di perkebunannya. Perkebunan yang sering menyewa koloni lebah adalah perkebunan apel.
Beternak kelinci juga banyak memiliki manfaat, diantaranya yaitu daging yang dapat diambil untuk menambah gizi keluarga, penambah penghasilan keluarga, kulit kelinci dapat dijual untuk bahan industri, kotoran serta air kencingnya dapat kita jual untuk dijadikan pupuk tanaman serta untuk bahan bakar biogas.
Manajemen pemeliharaan ternak diperkenalkan sebagai upaya untuk dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemilik peternakan. Dalam manajemen pemeliharaan ternak dipelajari, antara lain :Seleksi Bibit, Pakan, Kandang, Sistem Perkawinan, Kesehatan Hewan, Tata Laksana Pemeliharaan dan Pemasaran. Pakan yang berkualitas baik atau mengandung gizi yang cukup akan berpengaruh baik terhadap yaitu tumbuh sehat, cepat gemuk, berkembangbiak dengan baik, jumlah ternak yang mati atau sakit akan berkurang, serta jumlah anak yang lahir dan hidup sampai disapih meningkat. Singkatnya, pakan dapat menentukan kualitas ternak.  Selain itu berdasarkan penelitian, hasil dari kualitas pupuk dari ternak potong dengan ternak perah berbeda. Ternak yang diberi makanan bermutu (seperti ternak perah)akan menghasilkan pupuk yang berkualitas baik, sebaliknya ternak yang makanannya kurang baik juga akan menghasilkan pupuk yang kualitasnya rendah.

Cara beternak khas di daerah Indonesia

Setiap daerah memiliki budaya ternak sendiri, budaya Timor Tengah Selatan, dalam hal pemeliharaan ternak, umumnya penduduk yang diteliti masih memiliki kecendrungan untuk melepas saja hewan-hewan ternak peliharaan mereka dipadang rumput pada siang hari. Begitu pula di Maluku, bidang peternakan belum menjadi sebuah bidang yang ditekuni oleh masyarakat. Yang ada hanyalah peternakan-peternakan biasa tanpa adanya suatu sistem tertentu. Pada umumnya jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara, diantaranya adalah : kambing, ayam dan itik. Hewan-hewan ini dibiarkan bebas berkeliaran tanpa kandang. Di Lampung, hewan-hewan ternak dibiarkan bebas berkeliaran, dan setelah beberapa tahun kemudian, mereka ditangkap dan dimasukkan kedalam kandang, dihitung jumlahnya dan diberi tanda milik pada tubuhnya.